YOGYAKARTA, KOMPAS.com–Ribuan batu candi disusun menjadi pagar pekarangan rumah milik Warto (70) di Dusun Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Meskipun terlihat rapi mirip dinding candi, batu-batu itu ditata secara acak, memanjang ke arah barat sekitar 50 meter dan melebar ke utara sekitar 40 meter dengan tinggi 1 meter-1,5 meter.
Menurut keterangan warga setempat saat ditemui Kompas, Kamis (26/4), batu-batu itu dikumpulkan pemilik rumah dari areal persawahan. "Jadi tidak serentak mendapatkan ribuan batu, tetapi sedikit demi sedikit dikumpulkan baru dibuat pagar," kata Tardi, salah satu ketua RT di Dusun Kebondalem Kidul.
Menurut Tardi, batu-batu candi banyak ditemukan di pekarangan rumah atau di lahan sawah penduduk. "Batu-batunya dipakai untuk bendungan atau fondasi rumah," katanya.
Diduga kuat batu-batu itu merupakan bagian dari kebesaran Candi Sojiwan yang Desember 2011 dipugar sebagian. Peneliti arkeologi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Cahyono, yang pernah menggali di seputar Candi Sojiwan, menyatakan, dari hasil temuannya, Candi Sojiwan memang dikelilingi parit yang cukup luas dari bahan-bahan batu andesit.
Hanya saja, parit itu sekarang di atasnya sudah menjadi permukiman penduduk. Kemungkinan besar dulu Sojiwan merupakan kompleks percandian yang tidak hanya terdiri atas satu candi besar.
Terhadap batu candi yang dijadikan pagar penduduk, Ketua Kelompok Kerja Perlindungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah Gutomo menyatakan, semua batu yang ada di tangan penduduk sudah diinventarisasi. Penduduk pun sangat akomodatif, akan menjaga batu-batu agar tetap utuh dan dijaga agar tidak hilang.
"Tidak hanya untuk pagar, tetapi juga banyak digunakan oleh penduduk untuk fondasi rumah panggung. Ini malah bagus untuk penyelamatan," kata Gutomo.
Banyak temuan
Kawasan Prambanan dulu kemungkinan besar merupakan kawasan suci yang banyak dibangun candi pada abad ke-9 dan ke-10. Sampai sekarang pun penduduk masih sering menemukan batu candi atau serpihannya saat menggali sumur atau menggali tanah untuk fondasi rumah.
"Bentuknya berbeda dengan batu biasa," kata Sukidi, warga Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
Di Dusun Bener juga terdapat bangunan candi yang disebut penduduk setempat sebagai candi asu karena di situ pernah ditemukan arca yang menyerupai anjing. Saat ini candi itu sedang dipugar oleh BP3 Jawa Tengah. Hanya saja, pemugaran ini sedikit terganjal karena setelah dilakukan penggalian lebih jauh, bangunan candi mengarah ke bagian bawah rumah keluarga Purnomo.
"Kami telah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar membebaskan lahan sehingga bisa dilakukan penggalian," kata Gutomo, Ketua Kelompok Kerja BP3 Jawa Tengah. (TOP)