Selasa, 29 Mei 2012

01 di parit yani - Google Blog Search

01 di parit yani - Google Blog Search


RANTAUPRAPAT BANJIR, AHH… BIASA…!!! | Bus Sinabung Jaya

Posted: 29 May 2012 12:46 AM PDT

Berbagai pembenahan dilakukan, mulai dari infrastruktur, fasilitas umum hingga penataan pejabat tidak pernah ketinggalan setiap kali bupati yang menjabat di daerah itu.

Mulai masih satu 'kampung' hingga dimekarkan menjadi Labuhanbatu Selatan (Labusel) dan Labuhanbatu Utara (Labura), Kabupaten Labuhanbatu (Induk) yang kini hanya terdiri 9 kecamatan  terkesan masih belum mampu menangani permasalahan serius yang sering dirasakan warganya.

Banjir, itulah salah satu momok yang menakutkan dan terus menghantui warga, khususnya yang berdomisili di sekitar kota Rantauprapat. Aksi jemur peralatan dapur hingga kasur sudah menjadi pemandangan yang tidak tabu lagi, usai ibukota Labuhanbatu itu diguyur hujan.

Mulai dari membangun badan jalan, sarana sekolah, kesehatan dan kantor tempat orang nomor satu di kabupaten itu bakal duduk melaksanakan tugas kepemerintahan hingga pembangunan kantor baru sekretariat wakil rakyat yang keduanya bakal menelan puluhan miliar, pihak eksekutif dan legislatif terus 'sepaham' dalam melaksanakan tugasnya masing-masing dengan dukungan anggaran yang berasal dari uang rakyat, baik miskin maupun kaya.

Sementara, banyaknya 'kegiatan' prioritas yang harus dilaksanakan, ternyata masih ada yang lebih prioritas untuk ditangani kedua lembaga yang bekerja dengan mendapat honor dan gaji setiap bulannya. Yakni, penanganan untuk mengantisipasi banjir di permukiman warga dan inti kota yang tidak kunjung terselesaikan.

Seperti contoh, warga yang tinggal di Jalan Surau tepatnya  di belakang eks Pasar Baru, Jalan Diponegoro, Jalan Ahmad Dahlan, Jalan Imam Bonjol, Jalan Siringo-ringo, Jalan Sanusi, Jalan WR Supratman, Jalan Ahmad Yani, Jalan HM Adam Malik/By Pass dan Jalan Urip Sumodiharjo.

Selain itu, Jalan Manggis yang berdampingan dengan Pasar Gelugur, Jalan Gelugur serta sejumlah permukiman padat penduduk yang berada di sekitar Rantauprapat, selalu menjadi langganan banjir jika hujan turun. Mirisnya, pemandangan seperti itu malah sering terlihat di wilayah kota kebanggan warga Labuhanbatu itu.

Hemat penulis, penyebab terjadinya banjir dengan ketinggian air yang memasuki rumah warga sekitar 30 centimeter, bahkan sesekali mencapai 1 meter di beberapa lokasi permukiman akibat berbagai hal. Di antaranya,  tumpatnya saluran drainase karena tumpukan sampah maupun tanah/pasir yang dibuang ke dalam parit.

Tumbuh dan berkembangnya rumput akibat jarang dibersihkan hingga tidak adanya saluran pembuangan air ketika hujan datang. Di kota Rantauprapat, tepatnya di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dua arah, jika diguyur hujan, sampah yang ada di dalam parit pasti muncul kepermukaan, sehingga membuat wajah badan jalan semakin tidak indah.

Selain itu, penyebab banjir disinyalir akibat pengembang perumahan ataupun rumah toko yang membangun di pinggir badan jalan utama selalu membangun titi di atas parit tanpa memperhitungkan kalau sampah tidak akan mulus jika diterjang air di saat hujan. Bahkan ada yang berani menimbun parit bangunan pemerintah tanpa diberikan sanksi keras.

Sebelumnya, sempat terendus kabar kalau Pemkab Labuhanbatu melalui dinas terkait akan membelah kota Rantauprapat guna membangun parit induk yang dapat menampung semua curahan air hujan khususnya dengan pembuangan ke alur sungai Bilah Rantauprapat. Namun hingga kini, kabar angin yang sempat segar didengar penulis, belum juga realisasi.

Selayaknya, Pemkab Labuhanbatu yang kini dipimpin H Tigor Panusunan Siregar dengan Wakilnya Suhari Pane dapat menegaskan dan memberikan teguran keras kepada setiap instansi maupun kelompok dan warga jika tidak mendukung program pembersihan lingkungan khususnya saluran drainase, terlebih jika ketahuan membuang sampah ke dalam parit.

Di pundak Tigor-Suhari, warga diyakini sangat mengharapkan polesan mujarab untuk menangani permasalahan banjir yang sudah dirasakan berpuluh tahun lamanya, bahkan sampai tidak menganggap banjir merupakan masalah yang baru. Jika ditangani serius, umpatan, sumpah serapah dan ocehan miring, secara otomatis akan berangsur hilang. Tarutung| Jurnal Medan
sumber:http:// medan.jurnas.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

ads