01 di plentong - Google Blog Search |
Merunut Kejayaan Batik <b>Plentong</b> « RetakanKata Posted: 25 Apr 2012 09:57 PM PDT RetakanKata – Asal usul tradisi batik di wilayah Yogyakarta dimulai sejak kerajaan Mataram Islam pada paruh keempat abad 16 yang pusatnya terletak di seputaran kawasan Kotagede dan Plered namun masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita abdi dalem. Pada perkembangannya, tradisi batik meluas ke kalangan kraton lainnya, yakni istri para abdi dalem dan prajurit. Ketika rakyat mengetahui keberadaan kain bercorak indah tersebut, lambat laun mereka menirunya dan tradisi batik pun mulai tersebar di masyarakat. Proses pembuatan batik yang cukup lama dan memerlukan modal yang tidak sedikit membuat tidak banyak orang yang sanggup menekuni usaha ini. Kebanyakan warga di Yogyakarta memilih sekedar menjadi buruh pembatik. Mereka mengambil kain dari perusahaan batik (juragan batik) dan mengerjakan proses pembatikan di rumah masing-masing. Proses yang mereka kerjakan hanya menyerat (membatik pola dengan malam). Setelah itu mereka jual kain itu ke pengusaha batik dengan harga tergantung kerumitan motif yang dibatik. Pengusaha batik itu yang nantinya akan melanjutkan proses berikutnya, yakni pencelupan hingga menjadi kain batik yang siap pakai. Biaya celup satu lembar kain rata-rata Rp100.000 dan hingga saat ini banyak pengusaha batik yang belum bisa melakukannya sendiri. Mereka harus membawa ke tempat pencelupan batik, sehingga wajar jika harga selembar kain batik rata-rata mencapai ratusan ribu rupiah. Proses Membatik Masa kejayaan batik terjadi pada kurun waktu tahun 1970-an sampai tahun 1990-an ketika mesin printing menggeser keberadaan pembatik tradisional dengan segala kelebihannya sehingga banyak pengusaha batik mengalami kesulitan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Disisi lain para pengusaha batik berusaha untuk mempertahankan keaslian batik sebagai warisan budaya yang telah dijalani secara turun menurun. Seiring perkembangan jaman dan perubahan pola hidup masyarakat dalam penggunaan kain tradisional ke kain modern ikut menyebabkan kain batik kurang diminati oleh konsumen khususnya kaum muda. Banyak yang menganggap bahwa kain batik merupakan pakaian bagi kalangan orang dewasa dan dipergunakan pada saat-saat tertentu. Usaha yang telah dilakukan oleh Pengusaha Batik Plentong untuk mempertahankan eksistensi dalam bisnis batik antara lain dengan mengembangkan produk dari kain yang hanya bisa dipakai untuk jarit dan kemeja menjadi kain yang bisa dibuat untuk jenis pakaian lainnya, membuka show room, mengikuti pameran, baik yang diselenggarakan di dalam maupun luar negeri dan bekerja sama dengan travel biro untuk menarik wisatawan domestik maupun manca negara. Diharapkan dari usaha-usaha ini dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi batik. Pada era tahun 1990-an guna meningkatkan produktifitas, pengusaha batik plentong pernah mendapatkan kesempatan untuk menjalin kerjasama dengan pihak luar menggunakan teklnologi modern (mesin printing). Namun kesempatan ini tidak di terima oleh pihak pengusaha batik plentong karena masih ingin mempertahankan keaslian ciri batik yang sesungguhnya, sehingga proses pembuatan kain batik tetap dilakukan secara tradisional. Dalam usaha mempertahankan produktifitas dan memenuhi permintaan serta mempertahankan keaslian ciri dan corak batik, perusahaan batik plentong mendistribusikan pekerjaan proses awal pembuatan batik kepada ibu-ibu rumah tangga, yang biasanya dianggap sebagai pekerjaan sambilan. Perusahaan batik di Yogyakarta pada saat ini tidak mengalami perkembangan, hal tersebut didasarkan pada informasi yang kami peroleh dari perusahaan batik plentong. Tidak berkembangnya perusahaan batik tersebut di sebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
Kontribusi: Linda, Bagus, Dodi |
You are subscribed to email updates from di plentong - Google Blog Search To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan