Rabu, 5 Oktober 2011

01 di parit yani - Google Blog Search

01 di parit yani - Google Blog Search


Tanjungpinang Pos | Jujur, Jernih dan Akurat » Tersesat <b>di</b> <b>...</b>

Posted: 05 Oct 2011 07:21 PM PDT

GUBERNUR: Inilah Komplek Kantor Gubernur Kepri di sebelah barat Pulau Dompak, dilihat dari udara. Kantor ini sudah hampir selesai pembangunannya dan ditargetkan tahun 2012 nanti teraju Pemerintahan Provinsi Kepri sudah dilaksanakan di pulau tersebut.

Kelak, Sebuah Kota Modern Lahir di Sini

DALAM waktu beberapa tahun ini wajah Dompak berubah total. Kini, di pulau itu terdapat sejumlah bangunan vital yang nantinya menjadi pusat kendali pemerintahan di Provinsi Kepri. Karena itu sarana prasarananya seperti jalan raya sudah selesai dibangun. Saking luas dan lebarnya jalan raya itu, kalau tidak ingat jalan masuk bisa tersesat dan tak tahu jalan pulang.

Sigit Rachmat, Tanjungpinang

Sang surya mulai tergelincir dari singgasananya, saat saya memutuskan akan menyeberang ke Pulau Dompak melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda empat bergandan rendah. Mobil atau sepeda motor kini bisa sampai ke Dompak menyusul selesainya pembangunan Jembatan III dan Jembatan II.

Jembatan itu bisa ditempuh sekitar 5-10 menit dari Kampus Stisipol ke arah selatan. Meski jembatan sudah selesai, beberapa teman menyarankan kalau mau ke pulau itu dengan mobil, sebaiknya pakai mobil yang gardannya tinggi.

''Kalau mau ke Dompak pakai mobil, bagusnya pakai yang gardannya tinggi,'' kata seorang teman yang sudah lebih dulu ke Dompak melalui jalan darat.

Saran itu disampaikan karena jalan penghubung yang terletak di antara Jembatan III dan Jembatan II masih belum diaspal. Karena belum diaspal itu di sejumlah titik badan jalan tergerus air. Sehingga menciptakan alur seperti parit yang mengiris badan jalan. Tapi saya nekad saja memakai mobil yang letak gardannya rendah. Pikiran saya, coba dulu kalau tak bisa ya patah balik.

Didorong rasa keingintahuan tentang kondisi pulau itu terkini, untuk kesekian kalinya saya kembali mendatangi pulau yang terletak di selatan Kota Tanjungpinang dengan luas sekitar 1.000 hektar. Jika sebelumnya saya menggunakan pompong dan sampan kotak untuk menuju pulau itu, kali ini saya menggunakan kendaraan roda empat.

Dari arah Kampus Stisipol Raja Haji, saya menyusuri jalan beraspal mulus ke arah selatan. Jalan aspal ini mentok pada sebuah bangunan lama, dan aspal terputus di sini. Karena mentok, belok kanan sedikit terus berbelok ke kiri dan di balik bangunan ini jalan aspal tersambung lagi. Terus saja ke arah selatan dan belok kanan lagi pada simpang pertama yang beraspal.

Hanya beberapa ratus meter menyusuri jalan yang beraspa mulus itu, saya berjumpa dengan jembatan yang melengkung seperti busur panah. Lengkungan di atas itu masih kasar dan masih menunggu sentuhan terakhir.

Walau masih kasar tapi jembatan itu sudah bisa dilalui kendaraan roda empat atau lebih. Dari jalan masuk dekat Stisipol sampai jembatan membutuhkan waktu kurang dari 20 menit.

Selepas jembatan yang panjangnya beberapa ratus meter itu, saya berjumpa dengan jalan tanah merah. Saya langsung ingat ucapan teman sebelum berangkat tadi. Benar ucapannya, bahwa di antara Jembatan III ke Jembatan II yang belum diaspal atau masih tanah keras, terlihat beberapa ruas jalan bekas digerus air dengan kedalaman bervariasi.

Agak ragu-ragu juga untuk melaluinya, tapi rasa ingin tahu menepikan keraguan. Sekali lagi, coba dulu dan ternyata bisa dilalui meski dengan ekstra hati-hati. Silap sedikit bisa nyangkut sampai malam di jalan ini. Jalan penghubung antara Jembatan III dan Jembatan II ini menjadi salah satu kendala yang harus segera diatasi.

Sebab, inilah satu-satunya jalan darat yang menghubungkan antara Pulau Bintan dengan Pulau Dompak. Jalur lainnya yaitu Jembatan I hingga kini nasibnya masih belum jelas. Ketersediaan anggaran menjadi solusi tunggal.

Agar pusat teraju pemerintahan bisa dilaksanakan dengan baik di Pulau Dompak. Sementara, anggota DPRD Kepri, Hotman Hutapea di harian ini, Kamis (29/9) lalu menyatakan dalam APBD-P 2011 ini anggaran untuk finishing perkantoran di Dompak mendapat jatah sekitar Rp30 miliar.

Tambahan anggaran Rp30 miliar ini hanya untuk menyelesaikan sisa proyek yang tinggal tiga persen lagi pengerjaanya. Sedangkan untuk pengerjaan yang lainnya, termasuk landscape dan infrastruktur pendukung tetap pada anggaran tahun 2012 mendatang.

Fakta yang saya temukan, bahwa jalan raya antara Jembatan III dan Jembatan II merupakan infrastruktur yang menjadi nadi ke Dompak dan masih berupa tanah merah yang dikeraskan.

Jika hujan tanah ini menjadi lumpur yang lengket dan saat kering menjadi rapuh dan berdebu. Sekaligus menyebabkannya mudah tergerus air dan membuat parit yang melintang di jalan seperti yang saya jumpai di lapangan.

Sulit dicerna dengan akal sehat, jika kepindahan aktivitas pemerintahan Provinsi Kepri harus dilaksanakan di Dompak tahun ini juga. Sementara infrastruktur jalannya, khususnya jalan raya yang terletak di antara Jembatan III dan Jembatan II tidak dibenahi terlebih dulu.

Tersesat di Pulau Dompak

Soal pindah atau tidak pada tahun ini, tentu bukan urusan saya. Kalau terbit berita di koran tempat saya bekerja ini mengenai rencana pindah tersebut, itu memang tugas saya dan teman-teman menyampaikan informasi.

Setelah menyeberangi Jembatan II, yang di sebelah kirinya terdapat pelabuhan roro yang akan menjembatani Tanjungpinang dengan Karimun, sampailah di Pulau Dompak. Dompak kini, jauh sekali bedanya dengan Dompak yang pernah saya kunjungi.

Selain sudah bisa ditempuh dengan jalan darat, pulau ini juga sudah dilengkapi dengan jaringan jalan raya dua jalur yang lebarnya puluhan meter. Jauh lebih lebar dibandingkan dengan semua jalan raya yang ada di Kota Tanjungpinang.

Tak hanya lebar, di jaringan jalan raya itu juga tidak ditemukan tikungan patah atau bundaran yang kedudukannya tidak sentral seperti Simpang Pamedan A Yani Tanjungpinang.

Jika saja nantinya jaringan listriknya tidak bergelantungan di atas tiang, maka Dompak yang sebelum disentuh Pemprov Kepri adalah wilayah paling tertinggal di Kota Tanjungpinang, akan menjadi wilayah paling moderen di kota ini yang memiliki karakter kuat dan dirancang pemerintah.

Karena, umumnya kota baru di Indonesia yang memiliki karakter kuat dirancang dengan baik dibangun oleh swasta. Bukan oleh pemerintah, yang sebenarnya memiliki badan perancang yang kerap disebut dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan.

Namun, kota-kota yang ada ternyata perkembangan lebih secara alami dan kurang terencana. Kecuali, Bagan Siapi-api sebagaimana sudah ditulis oleh Dirut PLN, Dahlan Iskan di jaringan media JPNN. Dompak segera menyusul Bagan Siapi-api.

Bukan tidak mungkin, dalam waktu beberapa tahun ke depan Dompak akan berkembang menjadi sebuah kota kecil yang maju. Sekaligus menjadi destinasi baru wisata di Tanjungpinang, yang jumlahnya wisatawannya terus menukik tajam dari tahun ke tahun. Meski jumlah anggarannya naik terus di dinas terkait.

Kemungkinan menjadi destinasi wisata sebagaimana laiknya kawasan Putra Jaya di Kuala Lumpur, Malaysia itu sudah mulai terlihat sejak saat ini. Ketika saya berpusing-pusing di Dompak dan berhenti hanya untuk mengambil foto, saya sempat didatangi dua orang wanita yang mengendarai sepeda motor.

''Maaf, Pak, mau tanya. Jalan keluarnya ke mana ya"?
Jalan keluar apa ? Saya balik bertanya, ''Maksud Ibu, jalan keluar yang mana"?
''Keluar Pulau Dompak, Pak".

Diteruskannya, waktu mereka masuk dari Jembatan II mereka lupa membuat tanda diingatannya di mana jalan masuknya. Mereka terus masuk dan menemukan jalan raya yang lebar dengan dua jalur. Karena terlalu bersemangat menikmati lebarnya dan mulusnya jaringan jalan itu, mereka lupa jalan untuk balik. Maklumlah, semua jalan itu belum diberi rambu dan belum diberi nama.

Karena itu dalam sebuah perbincangan dengan teman-teman di Komunitas Penyair dan Pemusik Tanjungpinang, Pelasah, mereka menyarankan agar nama-nama jalan di Pulau Dompak dan jembatan ke pulau itu dinamai.

Nama yang disarankan, adalah nama-nama pahlawan Proklamasi Kemerdekaan RI di Tanjungpinang, yang belum lama ini ditemukan pakar sejarah Kepri, Aswandi Syahri.

''Alangkah baiknya jika nama-nama jalan di Dompak dan nama jembatan itu menggunaan nama pejuang Proklamasi di Tanjungpinang. Seperti Hasjim Ali, dan lain-lainnya. Hal itu sekaligus menjadi apresiasi kita kepada mereka," ujar Tigor yang didukung Teja, Abang Ibrahim, Roy dan lainnya.

Kepada dua wanita sayapun mengarahkan dengan isyarat tangan. Saya arahkan dari depan gedung itu harus mengambil jalan ke kanan dan saat menjumpai persimpangan, ambil ke kanan lagi.

Terus saja, nanti akan berjumpa dengan Kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah). Kalau sudah jumpa kampus itu, ikuti saja jalannya hingga berjumpa kembali dengan Jembatan II. Sambil tersenyum, kedua wanita itu mengucapkan terima kasih dan menyalakan mesin sepeda motornya.

Kampus Umrah yang terletak tak jauh dari Jembatan II menjadi bangunan pertama yang akan dijumpai saat masuk ke pulau ini. Setelah itu Gedung DPRD Kepri di sisi selatan, Masjid Raya di sisi utara Dompak dan Kantor Gubkepri di sisi barat. Artinya, antara Kantor Gubkepri dan Gedung DPRD Kepri letaknya berseberangan.

Obyek Wisata

Saat kembali dari Pekanbaru akhir pekan lalu, gambaran seperti itu terlihat jelas dari udara. Memandang dari udara memang selalu menghasilkan sensasi yang berbeda. Itu sebabnya saat terbang, yang hanya beberapa kali setahun, saya selalu sempatkan membawa kamera walaupun hanya kamera poket.

Dari udara terlihat juga, perkampungan masyarakat asli Dompak di ujung selatan pulau masih tetap ada. Kawasan ini juga masih hijau dan kabarnya segera diubah menjadi sebuah kawasan wisata moderen.

Informasi yang saya terima dari sumber yang valid, investasi pengembangan kawasan wisata di pulau ini bernilai hingga sekitar Rp1 triliun.

Seorang pengusaha lokal menggandeng sejumlah pengusaha asing, untuk mengubah Dompak dari kolam lumpur bekas penambangan bauksit menjadi destinasi wisata modern.

Barangkali ke depan, Dompak bisa seperti Putra Jaya di Kuala Lumpur, Malaysia yang tak hanya sekedar menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Malaysia. Tapi juga menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi wisman saat ke Malaysia.

Yang mungkin agak berbeda, waktu saya ke Putra Jaya saya lihat ada lapangan luas yang bisa digunakan siapapun untuk beristirahat atau untuk mengambil foto megahnya gedung Perdana Menteri Malaysia.

Sementara di Pulau Dompak lokasi yang berfungsi sama seperti itu belum terlihat. Dari udara saya melihat antara Kantor Gubkepri dengan Gedung DPRD Kepri memang ada lahan luas yang dikepung jaringan jalan raya. Belum jelas, apakah tempat ini akan menjadi wilayah publik atau taman kota atau akan dihutankan kembali.

Ada atau tidaknya fasilitas publik di Pulau Dompak, yang jelas sejak saat ini publik sudah mulai menikmati infrastruktur yang ada di pulau ini. Paling tidak, dua unit jembatan yang sudah jadi sudah dimanfaatkan.

Waktu saya mau masuk ke Dompak, sejumlah warga terlihat duduk-duduk di sepanjang pagar jembatan. Ada yang berpasangan, ada juga yang membawa anak dan ada juga yang membawa joran pancing.

''Teman-teman bilang di sini banyak ikannya. Saya sendiri belum coba mancing dari jembatan ini (Jembatan III) nantilah saya coba," ujar warga Tanjungpinang, Herman yang sedang jogging di jembatan itu.

Menjelang saya masuk kendaraan, Herman sempat menyampaikan harapannya, agar di Pulau Dompak terdapat fasilitas publik lainnya selain jalan, jembatan dan masjid. Semoga saja harapannya bisa terwujud nantinya.

Bagi Anda yang ingin jalan-jalan di Pulau Domak, jangan lupa menandai jalan masuknya di sekitar Jembatan II. Itu penting agar Anda tidak tersesat di Pulau Dompak. Tetapi saya merasakan kebanggan meski ada dua wanita yang tersesat jalan keluar.

Paling tidak mereka tersesat di bakal sebuah kota yang maju dan moderen. Kelak, kalau suatu saat nanti Dompak benar-benar menjadi kebanggaan Provinsi Kepri, saya hanya berdoa semoga tak ada lagi yang tersesat. Khususnya para pejabat yang lupa kenyamanan fasilitas Dompak dan tersesat dengan tugasnya.***

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

ads