Kota Medan Menuju "Visit Medan Year 2012″Medan (antarasumut) – Pemerintah Kota Medan menetapkan tahun 2012 sebagai tahun kunjungan wisata dan dalam waktu dekat segera diluncurkan jargon pariwisata guna menyongsong "Visit Medan Year 2012″ tersebut.
Wali Kota Medan Drs. H. Rahudman Harahap, MM mengatakan, anugerah Indonesia Tourism Award (ITA) sebagai "The Most Favorite City" dan "The Best Service City" pada 2010 menjadi motivasi tersendiri untuk menumbuhkembangkan sektor pariwisata Kota Medan.
"Oleh karena itu, pencanangan tahun 2012 sebagai tahun kunjungan ke Kota Medan atau 'Visit Medan Year 2012′ menjadi momentum kebangkitan pariwisata Kota Medan," katanya.
Untuk mewujudkannya, menurut wali kota, seluruh instansi di lingkungan pemerintah kota (pemko) maupun pihak swasta harus mampu mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung agar Kota Medan benar-benar siap menjadi kota tujuan wisata utama di Indonesia.
Logo/branding/tag line pariwisata yang nantinya akan diluncurkan harus mampu mencerminkan keberagaman suku dengan kekayaan seni dan budaya di Kota Medan, yang juga merupakan salah satu potensi untuk menjadikan Kota Medan sebagai daerah tujuan wisata.
Logo/branding/tag line tersebut nantinya juga diharapkan semakin mengukuhkan posisi Kota Medan dalam peta pariwisata Indonesia dan dunia yang siap bersaing dengan branding pariwisata kota-kota tujuan wisata lainnya.
Wali kota menyebut contoh Jakarta dengan "Enjoy Jakarta", Bali dengan "Shanti Shanti Shanti", Surabaya dengan "Sparkling Surabaya", Bandung dengan "Everlasting Beauty", Yogya dengan "Neverending Asia", Solo dengan "The Spirit of Java" dan banyak lainnya.
"Kita melakukan peluncuran tahun ini agar sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Kita dorong agar semua pemangku kepentingan ikut membantu. Namun yang terpenting, kita ciptakan rasa aman, kemudian fasilitas di daerah tujuan wisata, makanan khas dan hal-hal lain yang mendukung pariwisata itu sendiri," ujar Rahudman Harahap.
Jangan Sekadar Slogan
Banyak pihak berharap gagasan "Visit Medan Year 2012″ mampu menjadi batu loncatan strategis bagi kebangkitan pariwisata Kota Medan.
Kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), misalnya, berharap gagasan "Visit Medan Year 2012″ tidak hanya sekadar menjadi slogan.
"Jangan hanya sekadar jadi slogan. Segala sesuatunya harus dipersiapkan secara matang," ujar anggota DPRD Sumut yang juga mantan anggota DPRD Kota Medan, Zulkifli Husein.
Menurut dia, menjadikan Kota Medan sebagai daerah destinasi tidak hanya sekadar mengundang orang-orang untuk datang, tetapi juga harus siap dengan apa yang hendak disuguhkan, dan semua itu membutuhkan persiapan serta kesiapan di segala lini.
Zulkifli Husein yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Barisan Muda Partai Amanat Nasional (BM PAN) justru mengaku pesimistis gagasan "Visit Medan Year 2012″ itu akan membuahkan hasil yang memuaskan.
Ia menunjuk kondisi Kota Medan yang dinilainya masih semrawut serta kemacetan yang setiap saat selalu mejadi momok di berbagai titik di inti kota.
"Di Medan ini kita bisa saja butuh waktu satu-dua jam untuk mencapai tempat yang jaraknya tidak seberapa. Kondisi seperti ini akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan 'Visit Medan Year 2012′," katanya.
Ia juga menunjuk keindahan kota yang dinilainya sama sekali tidak mendukung program dan gagasan Pemko Medan. Selain itu, ia juga tidak melihat apa yang hendak "dijual" kepada para wisatawan yang datang ke Kota Medan.
"Apa yang hendak dijual tidak jelas, disamping juga tidak ada satu pun ikon yang dapat dibanggakan untuk menjadikan Kota Medan sebagai daerah destinasi. Apakah semua yang ada sudah cukup untuk mendukung 'Visit Medan Year 2012′ itu? Rasa-rasanya masih jauh dari cukup," ujarnya.
Hal yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan anggota DPRD Sumut dari daerah pemilihan Kota Medan, Brilian Moktar.
Menurut dia, sesungguhnya tidak ada yang salah dengan program "Visit Medan Year 2012″ sepanjang memang ada yang dilakukan Pemko Medan untuk mencapai dan menyukseskannya.
"Oke-oke saja asal jelas 'do'-nya (apa yang dikerjakan, red). Kalau tidak, akan sama saja dengan pepesan kosong, sekadar slogan dan sekadar gagah-gagahan," katanya.
Anggota Dewan dari PDI Perjuangan itu juga menunjuk kamacetan di Kota Medan yang dari waktu ke waktu semakin memprihatinkan, sehingga dikhawatirkan tidak mendukung program tahun kunjungan wisata tersebut.
"Belum lagi sampah yang masih berserakan di mana-mana. Kalau boleh jujur, kita pesimistis program 'Visit Medan Year 2012′ akan membuahkan hasil sebagaimana diharapkan," ujar Brilian Moktar.
Belum Penuhi Persyaratan
Nama pesismistis juga datang dari pakar lingkungan Universitas Negeri Medan, Sugiharto, MSi. Menurut dia, Kota Medan belum memenuhi persyaratan lingkungan untuk menjadi daerah tujuan wisata.
"Secara fisik, Medan masih semrawut," katanya.
Sugiharto menjelaskan, untuk menjalankan tahun kunjungan itu, sebuah daerah harus memiliki sejumlah persyaratan yang tidak mudah, baik dari aspek infrastruktur, budaya, keamanan, maupun sejumlah kemudahan dan fasilitas yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Jika persyaratan itu dikaitkan dengan program "Visit Medan Year 2012″, kemungkinan persyaratan yang dimiliki Kota Medan belum mampu menarik minat kunjungan wisatawan.
Ia mencontohkan infrastruktur jalan di Kota Medan yang justru dikhawatirkan mendapatkan penilaian yang buruk dari wisatawan. "Jalanan di Medan masih banyak yang berlubang," katanya.
Kemudian, kata Sugiharto, kebiasaan masyarakat di Medan juga dinilai kurang memenuhi syarat peradaban pariwisata internasional.
Ia mencontohkan tingkat ketertiban dan kenyamanan di jalan raya serta kebiasaan masyarakat Kota Medan yang menutup sebagian atau seluruh ruas jalan jika sedang melaksanakan sebuah kegiatan.
Sugiharto menyebut, kebiasaan menutup ruas jalan itu bukan ketika berlangsungnya sebuah kegiatan resmi dalam ketatanegaraan seperti upacara HUT Kemerdekaan RI, tetapi juga dilakukan dalam kegiatan masyarakat seperti pernikahan dan pelantikan organisasi kemasyarakatan.
"Itu dinilai kurang beradab dari kaca mata internasional dan melanggar kaedah keramahan kepariwisataan," katanya.
Sugiharto juga menyoroti kondisi drainase di Kota Medan yang kurang terawat dan dikhawatirkan akan memberikan kesan yang kurang baik bagi kalangan wisatawan.
"Idealnya, air yang mengalir di parit tidak boleh hitam," kata alumnus pascasarjana Universitas Gajah Mada (UGM) itu.
Bahkan, Pemko Medan masih harus bekerja keras dengan berbagai instansi terkait untuk menciptakan kesan aman dan nyaman.
"Wisatawan pasti akan bertanya, kenapa Medan penting untuk dikunjungi," kata Sugiharto.
Sedangkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, Pemko Medan harus dapat menyiapkan program dan tawaran yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pola promosi dalam "Visit Medan Year 2012″ diharapkan tidak sekadar seperti mempromosikan keberadaan hotel-hotel mewah yang mungkin tidak akan terlalu "menggiurkan" bagi kalangan wisatawan.
Untuk sebagian kalangan wisatawan, katanya, ada yang lebih berkeinginan mencari kekhasan daerah dibandingkan sekadar layanan hotel mewah yang telah teramat sering mereka nikmati.
"Kalau tidak, hasil program kepariwisataan di Kota Medan hanya akan dinikmati pengusaha bermodal besar saja," kata Sugiharto.
Hal yang sama juga dikemukakan Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan, Dr Ichwan Azhari. Ia menyebut infrastruktur berupa sarana dan prasarana yang ada belum cukup mendukung "Visit Medan Year 2012″.
Jika Pemko Medan benar-benar ingin serius, katanya, maka salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memperbaiki sarana dan prasarana penunjang yang ada.
"Medan tidak lepas dari kemacetan. Belum lagi banjir yang kerap terjadi terutama di sepanjang bantaran Sungai Deli dan Babura, seperti yang terjadi awal April 2011. Apakah nanti para tamu akan disuguhi pemandangan kemacetan dan banjir itu," katanya.
Sosiolog USU Prof Dr Badaruddin juga berpendapat sama. Ia mengatakan, dalam menyambut "Visit Medan Year 2012″ pemko harus bekerja keras membenahi berbagai infrastruktur.
"Infrastruktur yang jelek antara lain jalan yang masih berlobang, drainase yang tersumbat, penerangaan lampu jalan dan taman-taman yang ada di kota banyak tidak berfungsi," katanya.
Perbaikan infrastruktur, menuru dia, merupakan syarat mutlak bagi suatu daerah yang akan mempromosikan diri sebagai daerah kunjungan wisata.
"Sebab, wisatawan tidak akan merasa nyaman di dalam perjalanan bila jalan yang mereka lalui terkesan jelek dan banyak di sana-sini yang berlobang atau terdapat 'kolam' di tengah kota," katanya.
Bangunan Tua
Menurut Ichwan Azhari, agar "Visit Medan Year 2012″ tidak hanya sekedar slogan yang tanpa karya nyata, ada beberapa hal yang harus dilakukan Pemko Medan, seperti merenovasi bangunan-bangunan tua yang merupakan warisan sejarah.
Keberadaan bangunan bersejarah, menurut dia, menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan domestik maupun luar negeri untuk berkunjung. Pemko Medan dapat mencontoh apa yang telah dilakukan beberapa negara di Eropa seperti Belanda, Yunani, Italia dan Inggris.
Negara-negara tersebut tetap menjaga kelestarian bangunan-bangunan tua, karena mereka sadar bangunan-bangunan tua menjadi salah satu sumber devisa bagi negara dengan banyaknya wisatawan yang datang khusus melihat warisan sejarah tersebut.
Keunikan bangunan bersejarah di Kota Medan adalah karena merupakan replika bangunan Eropa pada abad XIX. Kota Medan dahulu disebut sebagai Paris van Sumatera karena bangunannya merupakan replika peradaban Eropa yang bergaya Prancis.
Ditambah lagi pusat kota yang dibangun dengan sengaja oleh bangsa kolonial yang hampir mirip dengan peradaban kota-kota di Eropa. Di pusat kota terdapat ruang terbuka (esplanade) yang ditanami pohon Trembesi (Samanea Saman) yang dibawa dengan sengaja oleh Belanda dari Amerika Latin.
"Untuk itu, Pemko Medan dapat menjalin kerja sama dengan pemilik bangunan-bangunan bersejarah agar memberikan akses kepada masyarakat terutama pada hari libur untuk bisa melihat kondisi dan menikmati suasana di dalam gedung. Seperti misalnya gedung Lonsum di Jalan Ahmad Yani," katanya.
Hal lain yang perlu dilakukan Pemko Medan, lanjutnya, adalah membuat pasar seni atau pasar kerajinan yang dipusatkan di suatu tempat, misalnya di seputar Lapangan Merdeka Medan.
Pemko Medan harus mampu menghadirkan agenda rutin pertunjukan seni minimal sebulan sekali, bukan yang bersifat insidentil. Untuk itu Pemko Medan harus melakukan pembinaan kepada kelompok-kelompok seni mulai dari sekarang, yang tentunya dipersiapkan untuk mengisi agenda dalam rangka "Visit Medan Year 2012″.
Kemudian, katanya menambahkan, Pemko Medan juga harus melakukan pembenahan terhadap salah satu wisata alam yang ada di daerah itu, yakni Danau Siombak dan Situs Kota Cina di Desa Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan.
"Kedua lokasi itu tentunya sangat potensial untuk menarik tamu karena merupakan peninggalan abad 12-14 Masehi," katanya.
Fokus Wisata Konvensi
Nada optimistis datang dari pengamat pariwisata Hendri Hutabarat. Terkait "Visit Medan Year 2012″, menurut dia, Kota Medan dapat memfokuskan penjualan wisata konvensi menyusul semakin banyaknya jumlah hotel berbintang di ibu kota Provinsi Sumut itu.
"Meeting Incentive Converence Exhibition (MICE) atau wisata konvensi akan menjadikan Kota Medan semakin dikenal sekaligus membantu mempromosikan kembali objek wisata Sumut bahkan Sumatera, dimana Sumut menjadi salah satu pintu masuknya," katanya.
Kota Medan yang dikenal dengan kuliner dan beragam makanan nasional serta internasional juga merupakan salah satu keunggulan.
Situasi Kota Medan yang diakui kondusif, juga dipastikan ikut mendorong kesuksesan penjualan wisata konvensi itu.
Menurut Hendri, bila pengusaha dan pemilik restoran dan hotel di Sumut bisa fokus ke penjualan wisata konvensi, maka upaya menjadikan Sumut dan bahkan Sumatera menjadi salah satu daerah tujuan wisata utama akan terwjud, setelah selama ini masih dikuasai Bali dan daerah-daerah di Jawa.
"Sebagian pelaku industri pariwisata di Sumut sudah mulai menyadari potensi yang besar atas wisata konvensi itu dan pemerintah pusat tampaknya mendukung penuh," katanya.
Dukungan itu, kata dia, tercermin dari bantuan pihak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam mendatangkan sejumlah calon pembeli paket wisata yang menjadi salah satu paket yang dijual dalam kegiatan Sumatera International Travel Fair (SITF) 2011 di Medan, 3-5 Juni 2011.
Sementara Public Relations Manager Grand Swiss-Belhotel Medan Lisa Ngadio mengakui, hotel di Kota Medan sejak beberapa tahun terakhir cenderung dipenuhi tamu yang berkaitan dengan berbagai acara pertemuan baik tingkat lokal, nasional bahkan internasional.
Kehadiran tamu-tamu itu, kata dia, menjadikan tingkat hunian kamar hotel di Medan tergolong cukup bagus dibandingkan daerah lain.
Peluang itu pula, kata Lisa, yang mungkin membuat sejumlah investor melirik Kota Medan untuk tempat bisnis hotel maupun hanya tempat ruang pertemuan yang akhirnya juga berdampak pada semakin ketatnya persaingan hotel untuk mendapatkan tamu.
Masih belum pulihnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumut seperti di era tahun 1990-an yang mencapai 400 ribuan orang, menurut dia, sangat tertolong dengan banyaknya pelaku bisnis atau organisasi dan asosiasi yang melakukan kegiatan di Kota Medan.
Dia mengakui, pengunjung biasanya juga sudah cukup puas menikmati Kota Medan khususnya dengan kulinernya, meski tidak sempat mengunjungi Berastagi dan Parapat.
Meski ada nada pesimistis, namun banyak pihak berharap program "Visit Medan Year 2012″ mampu mendulang sukses besar, sehingga motto Kota Medan "Medan Hari Ini Lebih Baik dari Hari Kemarin dan Hari Esok Lebih Cerah dari Hari Ini" benar-benar dapat diwujudkan.
Sukses "Visit Medan Year 2012″ dipastikan juga bakal membuat peringatan 2 Tahun Pemerintahan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin pada 26 Juli tahun depan akan jauh lebih bermakna. (Riza Mulyadi/LKBN ANTARA Sumut)
Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan