01 di parit yani - Google Blog Search |
- Suatu Malam <b>di</b> Nol Kilometer Yogyakarta | Jurnal Transformasi
- Jateng Time - Warga Tembilahan Hulu dan Barat Dambakan <b>...</b>
- Pancaroba: Pembaca berita pengsan ketika siaran
Suatu Malam <b>di</b> Nol Kilometer Yogyakarta | Jurnal Transformasi Posted: 23 Jul 2012 11:19 PM PDT Suatu malam saya terdampar Malioboro – Yogyakarta. Untuk kesekian kalinya. Saat orang berdesakan hunting barang murah, saya yang tidak suka pada suasana belanja kawasan ini, terlalu crowded, memutuskan konsentrasi pada gedung2 bersejarahnya saja. Nah berada di kawasan nol kilometer yogyakarta ini mata kita akan dimanjakan oleh pemandangan masa lalu. Memang di sekitar jalan Trikora, Ahmad Yani, Ahmad Dahlan dan Senopati terkenal dengan gedung-gedung tersebut. Di bawah temaran lampu dan ribuan wisatawan yang sedang bersuka menikmati Malioboro malam hari, gedung-gedung peninggalan Belanda tersebut membuat Jogja begitu unik. Wajah masa lalu berbaur dengan kekinian. Gedung Bank Indonesia Yogyakarta Gedung ini terletak di sebelah kanan Bank Indonesia Jogjakarta. Konon ini adalah rumah dinas pejabat Bank Indonesia Jogjakarat dulu. Saat merancangnya, arsitek Belanda pasti sedang merindukan gedung-gedung klasik di negaranya. Namun usahanya tak sia-sia, salah satu daya pikat kota Jogja lahir berkat kehadiran gedung semacam ini. Gedung Bank Indonesia ini dulunya adalah kantor cabang (KC) ke-8 dari De Javasche Bank (DJB) "Djokdjakarta". Diresmikan pada 1 April 1879. Arsiteknya bernama Hulswitt dan Cuypers. Tentu, lagi-lagi yang tampil adalah aura kemegahan arsitektural Eropa jaman baheula. Terdiri dari tiga lantai dengan fungsi berbeda pada setiap lantai. Lantai paling bawah difungsikan sebagai ruang penyimpanan uang, lantai dua kantor dan lantai tiga sebagai tempat tinggal para direksi. Kantor Pos Besar Yogyakarta Berdiri disebelah kiri gedung Bank Indonesia. Kantor Pos besar ini telah mengukir 3 periode sejarah. Pertama tentu saat digunakan dalam pemerintahan Hindia Belanda. Berfungsi sebagai penguhubung antara Hindia Belanda dan Belanda, disamping melancarkan segala aktivitas pemerintahan, soasial dan ekonomi. Kemudian dinasionalisasikan oleh pemerintah RI pada tahun 1953, fungsinya sebagai konektor diteruskan. Hanya saja sejak penemuan teknologi internet, email dan SMS apakah aktivitas kantor pos ini masih sama? Beberapa saat saya memikirkannya sambil mengagumi kekokohannya dari jauh. Gedung Peringatan Serangan 1 Maret 1949 Posisi gedung ini tepat di seberang depan gedung Kantor Pos, tepatnya di jalan Trikora. Sekalipun jalan peristiwa sejarahnya sendiri agak kontreversi, namun ini adalah monumen yang didirikan untuk memperingati peristiwa berdarah di Jogjakarta tanggal 1 Maret 1949. Peperangan meletus gara-gara Belanda menganggap bahwa negara Indonesia itu sudah tak ada. Untuk membuktikan bahwa Belanda salah maka TNI merencanakan sebuah serangan besar-besaran. Cuma sayang Jogja ketika itu cuma bisa dikuasai selama 6 jam. Sekarang tempat ini sering dijadikan sebagai tempat pertunjukan musik, seperti yang saya lihat malam itu. Sekelompok anak muda terlihat mempersiapkan panggung dan sound system. Gedung Agung Gedung Agung ini letaknya hadap-hadapan dengan gedung peringatan serangan 1 maret. Dipisahkan oleh jalan Ahmad Yani. Ketika Jogja digunakan sebagai ibu kota RI, gedung agung berfungsi sebagai Istana Presiden. Ini sejarahnya dari Wiki : Gedung utama kompleks istana ini mulai dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, ResidenYogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya "istana" yang berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan arsiteknya adalah A. Payen. Karena adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830) pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah perang tersebut berakhir yang selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun didirikan dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung Negara. Arca yang berdiri didepannya disebut Dagoba yang menurut saya adalah Dwarapala. Arca ini terlihat di banyak candi di Jawa dan bahkan di depan pintu masuk Keraton Jogja. Benteng Vredeburg Meneruskan menelusuri jalan di Ahmadi Yani, sebelah kanan terlihat Vrederburg yang megah. Layaknya model benteng jaman dulu, yakni disekelilingnya di bangun parit, untuk mencapai pintu gerbang kita harus melewati jembatan terlebih dulu. Pemandangannya menakjubkan. Sayang kunjungan saya pada saat peak season, terlalu banyak manusia yang tak memungkinkan ngambil foto dengan leluasa. Menurut sejarah, Belanda "meminta" agar Keraton Jogjakarta membangunkan benteng ini untuk mereka. Tepatnya "dipaksa" kali ya. Mau baca sejarah lengkapnya silahkan kesini. Pasar Bering Harjo Ini dia pasar induk Jogjakarta. Indeks harga sayur mayur kota untuk dibandingkan dengan kota Indonesia lain datang dari sini. Selain itu hampir semua produk kerajinan lokal bisa ditemukan di Beringharjo. Pasar ini berdiri karena alasan kultural. Bahwa salah satu komponen dalam pola tata kota Kerajaan harus merupakan "Catur Tunggal" yaitu Keraton, Alun-alun, Pasar dan Masjid (Bangunan Suci). Pertunjukan Seni Visual Selain bertemunya pedagang dan pembeli, Malioboro adalah tempat nongkrong para seniman dan anak-anak muda. Saya tak tahu nama patung ini, tubuh lelaki berotot tak berkepala dengan dada koyak. Entah dia sedang mempresentasikan apa. Di persimpangan lampu merah ujung selatan Malioboro ini, juga terdapat patung bercat perak, yang sedang mempresentasikan orang sedang sedih. Begitu pula di museum Vredeburg, saat itu juga sedang berlangsung pameran kesinian rakyat Yogyakarta. Yogyakarta mulai terlihat seperti Bali. Setiap pojoknya bisa dijual sebagai objek wisatawan. Suatu yang menarik. Menurutmu kawans? Salam, |
Jateng Time - Warga Tembilahan Hulu dan Barat Dambakan <b>...</b> Posted: 22 Jul 2012 09:46 PM PDT [unable to retrieve full-text content]Selama ini, warganya bersusah payah untuk berangkat kesekolah demi menuntut ilmu. Itu semua lantaran di daerah Parit 8 Tembilahan Hulu hingga Parit 1 Tembilahan Barat tidak ada sekolah TK maupun SMP. |
Pancaroba: Pembaca berita pengsan ketika siaran Posted: 20 Jul 2012 08:40 PM PDT Ankara: Pembaca berita jelita terkenal Turki, Seda Selek, pengsan ketika siaran langsung berita harian stesen Kanal 24, semalam. Dia pada awalnya kelihatan seperti tidak selesa ketika siaran berita itu apabila sering memandang ke bawah dan seperti panik. Bagaimanapun, doktor yang memberi rawatan mengesahkan tiada apa yang perlu dibimbangkan, menurut laporan. "Doktor memberitahu bahawa tekanan darah saya terlalu rendah. Sekarang saya sudah kembali baik," kata Seda selepas itu. Rakannya dipetik sebagai berkata: "Seda sudah sihat. Dia cuma malu kerana pengsan disaksikan semua penonton di seluruh negara." Pengacara berkenaan memutuskan untuk membenarkan seorang penyokong neo-Nazi memberi pandangan dalam programnya. Malangnya, program itu diserbu sekumpulan penunjuk perasaan yang membaling dadih dan telur ke arah mereka. Pada masa sama, pengacara itu, Panagiotis Vourhas dipuji kerana tidak cuba menghentikan tindakan penunjuk perasaan berkenaan. Dia dilaporkan tidak memberi reaksi kepada 'serangan' itu sehingga satu minit sebelum ia disuraikan. - Agensi |
You are subscribed to email updates from di parit yani - Google Blog Search To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan